Senin, 15 Desember 2014

Opini tentang job seeker dan job creator



Tugas 4.
Opini tentang job seeker dan job creator
Jobseeker.  Apa yang dimaksud dengan job seeker? Disini saya akan mencoba menjelaskan apa itu jobseeker, Job dapat diartikan sebagai pekerjaan sedangkan Seeker diartikan sebagai pencari. Atau dengan kata lain job seeker adalah pencari pekeriaan atau biasa disebut dengan pengangguran. Tidak ada seorang pun yang ingin menjadi pengangguran, karena penangguran dianggap sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mencukupi hidupnya. Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pengangguran yaitu :
1.     Terbatasnya Lapangan Pekerjaan
Jumlah lapangan pekerjaan di Indonesia yang sangat terbatas merupakan factor utama penyebab pengangguran, hal tersebut disebabkan karena semakin bertambahnya penduduk Indonesia namun tidak diimbangi dengan perluasan lapangan pekerjaan.
2.     Kurangnya keahlian
Kealian yang dimiliki seseorang berbeda-beda, bagi seseorang yang memiliki keahlian yang lebih menonjol dibandingkan orang lain maka akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, namun sebaliknya bagi mereka yang tidak memiliki keahlian maka akan sulit untuk mencari pekerjaan.
3.     Buta informasi
Seseorang menjadi penangguran juga dapat disebabkan karena kurangmya informasi akan adanya suatu lowongan pekerjaan, biasanya hal tersebut dapat terjadi karena orang tersebut malas mencari informasi. Padahal, informasi akan suatu lowongan pekerjaan dapat ia peroleh melalui media cetak maupun elektronik.
4.     Meningkatnya urbanisasi
Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota. Banyak orang desa yang menganggap bahwa merantau ke kota dapat memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik tanpa memperhatikan keterampilan yang ia miliki, sehingga mereka hanya berbekal nekat untuk hidup di kota-kota besar dan pada akhirnya akan menjadi seorang pengangguran yang dapat membebani keluarga maupun masyarakat. Maka dari itu jika orang desa ingin pindah ke kota harus memiliki keterampilan sebagai modal mencari kerja.
5.     Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat
Pertumbuhan penduduk Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun  hal tersebut disebabkan karena masih banyak penduduk Indonesia yang mempercayai mitos bahwa “banyak anak banyak rejeki” padahal hal tersebut sangat tidak benar justru semakin banyak anak maka semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai hidupnya.
6.     Rendahnya pendidikan formal
Masih banyak masyarakat Indonesia yang meremehkan pendidikan bagi anak-anaknya, padahal pendidikan formal adalah salah satu modal utama untuk mencari pekerjaan. Namun rendahnya pendidikan seseorang juga dapat disebabkan karena kurangnya kemampuan dari segi ekonomi untuk membiayai sekolah anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.
7.     Terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dapat terjadi karena perusahaan yang menutup atau mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat investasi, hambatan dalam proses ekspor-impor, dan sebagainya. Sehingga PHK ini dapat mencetuskan lebih banyak pengangguran.
         Dampak dari pengangguran dalam kehidupan bermayarakat yaitu pengangguran dapat menurunkan kualitas hidup seseorang karena tidak adanya penghasilan sehingga  seseorang tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Selain itu pengangguran juga dapat menyebabkan meningkatnya angka kriminalitas, hal tersubet dikarenakan banyak pengangguran yang semakin nekat dengan melakukan tindakan yang merugikan orang lain untuk dapat bertahan hidup. Kemudian pengangguran juga akan berdampak pada ketidakstabilan sosial politik suatu negara.
         Dengan melihat dampak yang ditimbulkan pengangguran yang dapat merugikan diri sendiri, orang lain maupun negara maka pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi jumlah pengangguran yaitu dengan menyediakan lapangan pekerjaan lebih banyak, mendirikan tempat-tempat pelatihan keterampilan, misalnya kursus menjahit, pelatihan membuat kerajinan tangan, atau mendirikan BLK (Balai Latihan Kerja) yang didirikan di banyak daerah terpencil. Hal ini juga termasuk cara mengatasi pengangguran, sehingga orang yang tidak berpendidikan tinggi pun bisa bekerja dengan modal keterampilan yang sudah mereka miliki. Selain itu, upaya lainnya yang dilakukan pemerintah yaitu dengan mendirikan suatu lembaga bantuan kredit atau langsung bekerja sama dengan bank-bank tertentu untuk memberikan kredit pada masyarakat yang kurang mampu, sehingga kredit tersebut diharapkan dapat membantu mereka untuk mendirikan suatu usaha, misalnya UKM atau sejenisnya. Dan program yang sedang gencar dicanangkan pemerintah saat ini adalah  program Kartu Indonesia Pintar (KIP), kartu ini berfungsi untuk memberikan bantuan berupa dana pendidikan bagi siswa/siswi yang kurang mampu, sehingga bagi mereka yang kurang mampu dapat tetap mendapatkan pendidikan yang layak yang dapat dijadikan bekal untuk mencari pekerjaan. Namun, semua upaya dan usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi pengangguran tidak akan berjalan dengan sebagaimana mestinya tanpa adanya dukungan dan kesadaran masyarakat untuk memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik.
Setelah membahas masalah job seeker secara lebih jelas, maka selanjutnya saya akan membahas lawan kata dari job seeker yaitu job creator. Apa itu job creator? Job creator adalah seseorang atau badan yang menciptakan atau menyediakan lapangan pekerjaan. Job creator merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengurangi jumlah pengagguran yang ada di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan job creator dapat merekrut orang sebanyak-banyak hanya dengan bermodalkan keterampilan yang ia miliki. Job creator ini biasa dikenal dengan sebutan pengusaha atau wirausaha. Pengusaha merupakan kontribusi terbesar bagi kemajuan suatu bangsa sebab dapat mengetaskan masyarakat dari kemiskinan atau keterpurukan ekonomi suatu bangsa, bahkan ditinjau dari segi politik pengusaha dapat meningkatkan harkat sebagai bangsa yang mandiri dan bermartabat.
         Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk menjadi seorang job kreator yaitu seorang job creator harus memiliki komitmen yang tinggi, dalam melaksanakan kegiatannya seorang job creator harus melaksanakannya dengan sungguh-sungguh, terarah dan berorientasi pada kemajuan. Dalam hal ini seorang wirausahawan atau job creator harus komitmen terhadap dirinya sendiri dan orang lain, komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan komitmen wirausahaan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah memberikan pelayanan prima kepada konsumennya dengan mengutamakan kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga, dan sebagainya. Selain itu, seorang job creator juga harus kreatif dan inovatif. Untuk memenangkan persaingan, seorang wirausahaan harus memiliki daya kreatifitas yang tinggi. Dimana daya kreatifitas tersebut harus dilandasi dengan cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar, sehingga produk-produk yang kita ciptakan dapat bersaing dipasar dengan kualitas dan harga jual yang tinggi. Kemudian faktor penting lainnya yaitu memiliki sifat kejujuran. Kejujuran merupakan modal utama seorang wirausahawan, dalam melaksanakan segala kegiatannya seorang wirausahawan harus dilandasi dengan kejujuran. Dalam hal ini kejujuran yang harus dilakukan seorang wirausahwan yaitu kejujuran mengenai promosi produk yang akan dijualnya dan kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikannya. Dengan kejujuran yang tetap dipertahankan oleh seorang wirausahawan, maka wirausahawan tersebut tetap mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dan dapat terus mempertahakan kelangsungan usahanya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kejujuran merupakan kunci utama kesuksesan seorang job creator atau wirausahawan.
         Saat ini untuk menjadi seorang wirausahawan bukanlah hal yang sulit, dengan kemajuan teknologi semakin mempermudah seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan. Sebagai contoh usaha yang sudah menjadi tren saat ini adalah penjualan dan pembelian barang secara online. Penjualan dan pemebelian barang secara online ini memberikan keuntunngan bagi pihak penjual maupun pembeli. Keuntungan yang didapatkan penjual dari perdagangan online ini yaitu seorang penjual tidak memerlukan lokasi atau tempat tertentu untuk mempromosikan barang daganganya cukup dengan mempromosikan barang dagangannya me lalui media sosial seperti facebook, twitter, instagram dll, sehingga hal tersebut dapat menghemat biaya bagi si penjual. Sedangkan keuntungan yang diperoleh pihak pembeli yaitu seorang pembeli tidak perlu repot-repot mendatangi suatu tempat untuk membeli atau mendapatkan suatu barang yang di inginkannya, cukup dengan memesan suatu barang yang diinginkannya melalui media sosial maka barang yg dipesannya dapat langsung diantar oleh si penjual melalui jasa pengiriman barang. Dengan begitu, maka si pembeli dapat menghemat waktu dan tenaga.
         Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa menjadi job creator jauh lebih baik dibandingkan menjadi job seeker. Hal tersebut dikarenakan menjadi job creator dapat mendatangkan manfaat bagi diri sendiri, orang lain, maupun  negara. Manfaat yang didapat untuk diri sendiri yaitu menjadi seseorang pribadi yang lebih mandiri dan lebih bertanggung jawab serta yang lebih penting adalah job creator dapat membiayai hidupnya sendiri sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain. Manfaat yang didapatkan orang lain yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang pengangguran dengan kemampuan yang terbatas. Sedangkan manfaat bagi suatu negara yaitu job seeker dapat menjadikan suatu negara menjadi lebih maju, mandiri dan beramrtabat. Sementara itu, jika job seeker tidak segera diatasi secepatnya maka akan menjadi beban keluarga, masyarakat bahkan negara.
Jika harus memilih menjadi job seeker atau job creator, maka setelah lulus nanti saya akan memilih menajdi job creator atau wirausahawan. Sebab, menurut saya seorang wirausahawan dapat memajukan roda perekonomian suatu negara dan dapat membuat hidup seseorang menjadi lebih bermafaat.

















Selasa, 02 Desember 2014

ANALISIS JURNAL


TUGAS : ANALISIS JURNAL “Sistem Pengendalian Intern Dalam Pencegahan Fraud Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pada Kabupaten Bangkalan”

Ringkasan Jurnal
Judul               : Sistem Pengendalian Intern Dalam Pencegahan Fraud Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pada Kabupaten Bangkalan
Penulis             : Chairun Nisak, Prasetyono, Fitri Ahmad Kurniawan
Universitas      : Universitas Trunojoyo Madura
No.Jurnal         : Jurnal JAFFA Vol. 01 No. 1 April 2013

Abstrak
The purpose of this research is to analyze the implementation of internal control system  toward  fraud  prevention  in  local  government  Institution  (Satuan  KerjaPerangkat  Daerah/SKPD).  The  data  of  this  research  were  collected  by  using questionnaires  to  the chairman of local government  Institution  (SKPD).  The sampling method  used  simple  random  sampling.  The  data  had  been  analyzed  to  test  the hypothesis using the Multiple Linier Regression Analysis. The  result  of  this  research  showed  that  the  control  environment,  risk assessment,  control activities,  information  and  communication,  and  monitoring activities had significant influence to the prevention of fraud both simultaneously and partially.
Keywords: Internal Control System, Fraud.

Latar Belakang
Maraknya kasus  fraud  yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, menjadi perhatian khusus pemerintah  dan  masyarakat.  Salah  satu  upaya  yang  dapat  dilakukan  oleh  pemerintah  untuk mencegah  fraud.  di  antaranya  adalah  penerapan  sistem  pengendalian  intern  yang  diharapkan dapat menunjang pencegahan dan pemberantasan  fraud. Tuanakotta (2010:  159),  mengatakan bahwa upaya mencegah fraud dimulai dari penerapan sistem pengendalian intern yang efektif.Sistem  pengendalian  yang  buruk  akan  memicu  seseorang  melakukan  perbuatan  fraud dan melawan hukum. Fraud dapat dilakukan oleh berbagai kalangan dan berbagai lapisan sosial. Fraud  tidak  hanya  dilakukan  oleh  kalangan  ekonomi  bawah  saja,  tetapi  juga  dilakukan  oleh lapisan  ekonomi  atas.  Kasus  suap  yang  melibatkan  Kepala  Biro  Umum  Setda  Provinsi  Jambi yang  melakukan  manipulasi  tiket  perjalanan  dengan  tidak  dilengkapi  bukti  yang  sah  dan  tidak dapat dipertanggungjawabkan,  menyebabkan negara mengalami kerugian sebesar Rp 3,4 Miliyar (Jawa  Pos  Group  Online,  Diakses  4  januari  2013).  Adanya  kasus korupsi  sektor  pemerintahanakan mengakibatkan kerugian keuangan negara. Hal ini berakibat pada alokasi dana yang hilang dari berbagai pendapatan negara terutama yang diperoleh dari pajak. Penerapan  sistem  pengendalian  intern  antar  instansi  pemerintah  berbeda-beda. Penerapan  tersebut  harus  disesuaikan  dengan  visi,  misi  dan  ukuran  organisasi  dari  masingmasing  entitas.  Instansi  pemerintah  yang  mendapatkan  dana  APBN  atau  APBD,  harus menjalankan tugas untuk mencegah terjadinya fraud, sehingga tanggung jawab keuangan negara dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

Variabel Penelitian
Variabel  penelitian  ini  adalah Sistem Pengendalian Intern (X), Lingkungan Pengendalian (X1), Penaksiran Risiko (X2), Aktivitas Pengendalian (X3), Informasi dan Komunikasi (X4) Pemantauan (X5), Pencegahan Fraud (Y).

Metodelogi Penelitian
Penelitian  ini  merupakan  penelitian  kuantitatif  yang  bertujuan  untuk  mengetahui  ada tidaknya pengaruh antar variabel dengan menggunakan statistik dengan bantuan program SPSS. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan sendiri peneliti  melalui  penyebaran  kuesioner  pada  pimpinan  instansi,  bagian  sekretariat  dan  kepala bagian masing-masing dinas. Data sekunder  yang digunakan  penelitian ini  adalah  buku, modul atau edaran BPKP, publikasi pemerintah, internet dan jurnal penelitian. Teknik analisis  data yang digunakan dalam penelitian ini adalah  analisis regresi berganda. Sebelum  dilakukan  pengujian  dengan  analisis  regresi  berganda,  perlu  dilakukan  pengujian validitas, reliabilitas dan asusmsi klasik. Selain itu dilakukan juga pengujian  simultan  pada  penelitian  meliputi  lima  variabel  bebas  yaitu  lingkungan pengendalian,  penafsiran  risiko,  kegiatan  pengendalian,  informasi  dan  komunikasi,  dan pemantauan) terhadap variabel terikat (pencegahan fraud) dalam menguji ada tidaknya pengaruh yang signifikan secara simultan. Pengujian  ini  dilakukan  untuk  menentukan  signifikan  atau  tidak  signifikan  setiap  nilai koefisien  regresi  (b1  dan  b2)  secara  parsial  terhadap  variabel  terikat  (Y).  Pengujian  dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%).

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Uji Validitas
Hasil  penelitian  dari  uji  validitas  ini  terbukti  bahwa  variabel  lingkungan  pengendaian  (X1), penaksiran  risiko  (X2),  kegiatan  pengendalian  (X3),   informasi  dan  komunikasi  (X4),  dan pemantauan (X5) memiliki rhitung  lebih besar dari r tabel, maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

Hasil Uji Reabilitas
Berdasarkan  hasil  output  SPSS  versi  16  dapat  diketahui  bahwa  pertanyaan  atau pernyataan  dapat diandalkan atau reliabel  dari  masing-masing variabel. Sebab nilai  Cronbach’s apha variabel independen dan variabel dependen adalah sebesar 0,60.

Hasil Uji Asumsi Klasik
·         Hasil Uji Mutikolinearitas
Berdasarkan hasil output  SPSS  versi 16  dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk semua  variabel  independen  tersebut  tidak  terjadi  mutikolinearitas  karena memiliki VIF kurang dari 5, maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak ditemukan adanya multikolineariatas.
·         Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan  hasil  pengolahan  data  dengan  menggunakan  SPSS  versi  16  dengan menggunakan uji grafik plots, dapat dilihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu, serta tersebar. Hal ini berarti bahwa model regresi tidak ditemukan adanya heteroskedastisitas.
·         Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan  hasil  output  SPSS  versi  16  yaitu  hasil  normal  probability  plots  tersebut berdistribusi normal karena data riil (titik-titik) mengikuti garis diagonal.



Hasil Model Regresi Berganda
Koefisien korelasi R sebesar 0,817 atau 81,7% yang menunjukkan adanya korelasi atau hubungan  kuat  antara  variabel  lingkungan  pengendalian  (X1),  penaksiran  risiko  (X2),  kegiatan pengendalian  (X3),  informasi  dan  komunikasi  (X4),  dan  pemantauan  (X5)  terhadap  pencegahan

Nilai  koefisien
determinasi  (R2) sebesar 0,668 menunjukkan bahwa 66,8 % pencegahan  fraud  dipengaruhi oleh lingkungan pengendalian (X1), penaksiran risiko (X2), kegiatan pengendalian (X3), informasi dan komunikasi (X4), dan pemantauan (X5), sedangkan sisanya yaitu 0,332 atau 33,2 % merupakan faktor lain diluar variabel penelitian.

Hasil Pengujian secara Simultan
Berdasarkan  hasil  output  SPSS  versi  16  dapat  diketahui  hasil  analisa  Uji  F  yang digunakan untuk pengujian secara bersama-sama (simultan), untuk membuktikan bahwa terdapat
pengaruh  signifikan  antara  variabel  independan  (lingkungan  pengendalian,  penaksiran  risiko, kegiatan  pengendalian,  informasi  dan  komunikasi,  dan  pemantauan)  terhadap  variabel pencegahan fraud. Hasil  penelitian membuktikan bahwa nilai signifikan F hitung  adalah  0,000 yang lebih kecil dari alpha 0,05 dan jika F hitung  > F tabel, maka terima hipotesis. Hal ini terbukti bahwa Fhitung sebesar 11,666   lebih  besar  dari  F table sebesar  2,544. 

Hasil Pengujian Secara Parsial
·         Pengaruh Lingkungan Pengendalian Terhadap Pencegahan Fraud
Hasil  penelitian  ini  membuktikan  bahwa  lingkungan  pengendalian  (X1)  berpengaruh signifikan terhadap pencegahan  fraud  (Y).  Hal ini dapat dilihat dengan nilai koefisien  regresi  (B) sebesar  0,296  dan  memiliki  nilai  signifikansi  sebesar  0,01  yang  lebih  kecil  dari  α  =  0.05.  Hasil penelitian  ini  berarti  bahwa setiap kenaikan 1 satuan variabel lingkungan pengendalian mampu menaikkan pencegahan fraud  sebanyak 0,296. Hasil  penelitian  ini  sejalan  dengan  penilitian  Hermiyetti  (2011)  yaitu  lingkungan pengendalin berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengadaan barang secara parsial.

·         Pengaruh Penaksiran Risiko Terhadap Pencegahan Fraud
Hasil  penelitian  ini  membuktikan    bahwa  penaksiran  risiko  (X2)  berpengaruh  signifikan terhadap  pencegahan  fraud  (Y).  Hal  ini dapat dilihat  dengan nilai koefisien  regresi  (B) sebesar 0,151  dan   memiliki  nilai  signifikansi  adalah  sebesar  0,04  yang  lebih  kecil  dari  α  =  0.05.  Hasil penelitian  ini  berarti  bahwa  setiap  kenaikan  1  satuan  variabel  penaksiran  risiko  mampu menaikkan pencegahan fraud  sebanyak 0,151. Hasil  penelitian  ini  sejalan  dengan  yang  dilakukan  penilitian  Hermiyetti  (2011)  yaitu penaksiran  risiko  berpengaruh  terhadap  pencegahan  fraud  pengadaan  barang  secara  parsial.Penelitian ini juga  sejalan dengan  pendapat  yang dikemukakan  Arens (2003)  bahwa  penaksiran risiko dibutuhkan oleh manajemen sebagai bagian dari perancangan dan pengoperasian struktur pengendalian intern untuk meminimalkan salah saji dan ketidakberesan.
·         Pengaruh Kegiatan Pengendalian Terhadap Pencegahan Fraud
Hasil  penelitian  ini  membuktikan  bahwa  kegiatan  pengendalian  (X3)  berpengaruh signifikan terhadap pencegahan  fraud  (Y).  Hal ini dapat dilihat dengan nilai koefisien  regresi  (B) sebesar 0,299 dan memiliki nilai  signifikansi  adalah sebesar 0,04 yang lebih kecil dari α = 0.05. Hasil  penelitian  ini  berarti  bahwa  setiap  kenaikan  1  satuan  variabel  kegiatan  pengendalianmampu menaikkan pencegahan fraud  sebanyak 0,299.Hasil  penelitian  ini  sejalan  denganpenilitian  Hermiyetti  (2011)  yaitu  kegiatan pengendalian  berpengaruh  terhadap  pencegahan  fraud  pengadaan  barang  secara  parsial.  Hal tersebut  juga  sejalan  dengan  pendapat   Fess  (2008)  yang  menyatakan,  prosedur  (kegiatan) pengendalian diterapkan untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa sasaran bisnis akan dicapai termasuk pencegahan penggelapan.
·         Pengaruh Informasi dan Komunikasi Terhadap Pencegahan Fraud
Hasil  penelitian  ini  membuktikan  bahwa  informasi  dan  komunikasi  (X4)  berpengaruh signifikan terhadap pencegahan  fraud  (Y).  Hal ini dapat dilihat dengan nilai koefisien  regresi  (B) sebesar  0,293  dan  memiliki  nilai  signifikansi  adalah  sebesar  0,05  yang  sama  dengan  nilai  α  = 0.05.  Hasil penelitian ini berarti  bahwa  setiap kenaikan 1  satuan variabel  kegiatan  pengendalianmampu menaikkan pencegahan fraud  sebanyak 0,293. Hasil  penelitian  ini  sejalan  dengan  penilitian  Hermiyetti  (2011)  yaitu  informasi  dan komunikasi berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengadaan barang secara parsial.
·         Pengaruh Pemantauan Terhadap Pencegahan Fraud
Berdasarkan  penelitian  bahwa  pemantauan  (X5)  berpengaruh  lemah  positif  terhadap pencegahan  fraud  (Y).  Hal ini dapat dilihat dengan nilai koefisien  regresi  (B) sebesar 0,145 dan memiliki nilai signifikansi adalah sebesar 0,37 yang lebih besar dari nilai α = 0.05. Hasil penelitian ini  berarti  bahwa  setiap  kenaikan  1  satuan  variabel  kegiatan  pengendalian  mampu  menaikkanpencegahan  fraud  sebanyak  0,145.  Hasil  penelitian  ini  sejalan  penelitian  Hermiyetti  (2011) tentang pemantauan berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengadaan barang secara parsial.

Analisis Jurnal
Berdasarkan penelitian diatas menunujukkan bahwa lingkungan  pengendalian,  penaksiran  risiko,  aktivitas  pengendalian,  informasi  dan komunikasi, dan pemantauan berpengaruh terhadap pencegahan  fraud  baik secara simultan maupun secara parsial. Selain itu, lima variable bebas yaitu Lingkungan Pengendalian (X1), Penaksiran Risiko (X2), Aktivitas Pengendalian (X3), Informasi dan Komunikasi (X4) Pemantauan (X5), memiliki pengaruh yang positif terhadap variable terikat yaitu Pencegahan Fraud (Y). Hal tersebut berarti jika variable bebas semakin naik atau meningkat maka pencegahan fraud (variable terikat) juga ikut meningkat sehingga sangat baik digunakan untuk meminimalisasi kasus fraud yang semakin sering terjadi di Indonesia. Sistem pengendalian intern yang baik juga dibutuhkan sebagai upaya untuk mencegah tindakan fraud yang dapat saja dilakukan oleh pihak intern maupun ektern suatu perusahaan.