Tugas 5. Strategi Job Seeker dan
Job Creator Menghadapi
MEA (Masyarakat Ekonomi Asean)
Apa itu MEA? MEA adalah bentuk integrasi
ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan bebas antara Negara-negara
asean. Pada tahun 2015, Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya
telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic
Community (AEC). MEA (Masyarakat Ekonomi
Asean) bermula pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN
memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat
kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan
kesenjangan sosial-ekonomi (ASEAN Vision 2020).
Kemudian Oktober 2003,
para pemimpin ASEAN menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan
menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun 2020, ASEAN Security
Community dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN dua pilar yang tidak terpisahkan
dari Komunitas ASEAN. Semua pihak diharapkan untuk bekerja secara yang kuat
dalam membangun Komunitas ASEAN pada tahun 2020. Selanjutnya, Pertemuan Menteri
Ekonomi ASEAN yang diselenggarakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur,
Malaysia, sepakat untuk memajukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan target
yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan.
Kemuadian pertemuan
ASEAN terus berlanjut untuk membahas MEA, maka pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan
Januari 2007, para Pemimpin menegaskan komitmen mereka yang kuat untuk mempercepat
pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan di ASEAN Visi 2020
dan ASEAN Concord II, dan menandatangani Deklarasi Cebu tentang Percepatan
Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 Secara khusus, para pemimpin
sepakat untuk mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun
2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan bebas barang,
jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas.
Dengan adanya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) pada tahun ini,
maka Indonesia ditutut untuk lebih berinovasi dan berkreativitas lagi agar
negara kita mampu bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya. Jika Indonesia
tidak mampu bersaing dengan Negara-negara lainnya dalam perdagangan bebas ini maka
sektor ekonomi Indonesia dapat saja dikuasai oleh Negara anggota ASEAN lainnya,
sehingga MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) bisa jadi merupakan
momok yang menakutkan bagi para job seeker. Seorang job seeker yang baru mau
memasuki dunia kerja mau tidak mau harus siap untuk menghadapi berbagai macam
ancaman MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Ancaman MEA bagi para job seeker yaitu
makin banyaknya persaingan lulusan perguruan tinggi pada Negara-negara Anggota
ASEAN misalnya Negara Singapura dan Malaysia dibandingkan di Indonesia yang
lebih banyak di dominasi oleh lulusan SMA, sehingga hal tersebut dapat
menggerus lulusan SMA yang ada di Indonesia yang akan memicu lebih banyak lagi
pengangguran di Negara kita yang menjadi beban bagi pemerintah Indonesia.
Selain itu, ancaman lainnya adalah kualitas sumber daya manusia di Indonesia
yang rendah, misalnya saja banyak warga Negara Indonesia yang tidak mahir
berbahasa asing. Hal tersebut dapat menjadi kelemahan bagi Negara kita dan
menjadikan kekuatan bagi para pesaing anggota MEA. Kemudian ancaman yang sangat
menakutkan bagi para job seeker di Indonesia yaitu makin banyak tenaga kerja
asing yang dikuasai oleh para Negara-negara lain, misalnya saja tenaga medis
seperti dokter dari Negara lain yang membuka praktik di Indonesia. Dengan adanya
tenaga medis asal luar negeri yang membuka praktiknya di Indonesia, tentunya
hal tersebut akan mengancam keberadaan para tenaga medis asal Indonesia. Sebab
sejauh ini, masyarakat Indonesia banyak yang meyakini bahwa kemampuan tenaga
medis dari luar negeri memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan tenaga medis
asal Indonesia, sehingga akan berdampak pada penurunan kepercayaan masyarakat
Indonesia terhadap kemampuan tenaga medis asal Indonesia. Hal tersebut juga
akan berdampak pada penurunan pendapatan para tenaga medis asal Indonesia,
bahkan dapat menyebabkan menurunnya pendapatan bagi Negara.
Keberadaan MEA
(Masyarakat Ekonomi Asean) tidak saja mengkhawatirkan bagi para job seeker,
namun job creator juga ikut terancam. Ancaman-ancaman MEA (Masyarakat Ekonomi
Asean) bagi para job creator salah satunya adalah dapat menghacurkan para
pengusaha kecil terutama para pengusaha yang baru memulai usahanya. Biasanya
pengusaha yang baru mulai usahanya hanya memikirkan bagaimana cara cepat untuk
balik modal dan memperoleh laba yang berlimpah, sehingga mereka tidak
memikirkan apa saja yang harus mereka persiapkan untuk tetap mempertahankan
kelangsungan usahanya ditengah makin ketatnya persaingan bisnis. Ketatnya
persaingan bisnis tersebut semakin parah ditambah lagi ditambah lagi dengan
adanya MEA maka akan mempersulit para pengusaha kecil untuk mengembangkan
usahanya. Selain itu, MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) juga mengancam
produk-produk buatan dalam negeri yaitu buatan anak bangsa. Produk dalam negeri
yang selama ini merupakan karya anak bangsa menjadi tergerus dengan adanya
produk dari Negara lain yang dijual bebas di Indonesia, dan hal tersebut akan
semakin bertambah buruk bilamana banyak masyarakat Indonesia yang tidak kenal
akan produk bangsa sendiri dan lebih memilih untuk menggunakan produk buatan
luar negeri. Kemudian para masyarakat Indonesia juga cenderung lebih percaya
akan kualitas produk dari luar negeri dibandingkan produk dalam negeri,
sehingga hal tersebut dapat menjadi peluang besar bagi para pesaing dari luar
negeri untuk mendapatkan laba sebanyak-banayaknya.
Mengingat banyaknya
ancaman MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang harus dihadapi oleh para job seeker
maupun job creator, maka para job seeker dan job creator harus mempunyai
strategi khusus untuk dapat bertahan ditengah ketatnya persaingan. Strategi
yang harus dilakukan para job seeker khususnya generasi yaitu sebagai genereasi
muda kita harus lebih aktif, kreatif dan inovatif, oleh karena itu akan sangat
menguntungkan jika kemampuan dari masing-masing generasi tersebut dapat
dikolaborasikan dengan aspek intelektualitas, kecerdasan dan penguasaan wawasan
keilmuan. Dengan ilmu dan wawasan yang dimiliki selain akan memperluas
cakrawala pandangan, juga memberikan bekal teoritis maupun praktis dalam
pemecahan masalah. Seorang generasi muda akan dapat dengan mudah menyelesaikan
masalah yang ada yang pada masa dahulu pernah ditemui manusia dan dirumuskan
dalam berbagai teori pemecahannya. Atau, jika hal yang ada belum pernah ditemui
sebelumnya, maka mereka sudah memiliki bekal yang metodologis dan sistematis
tentang bagaimana cara menemukan pemecahan masalah-masalah yang ada. Dengan
kemampuan pemuda yang seperti itu tidak dapat dipungkiri bahwa modal terbesar Indonesia
terletak pada generai muda dan keterlibatan pemuda dalam berbagai masalah,
khususnya ekonomi.
Sementara itu strategi
yang harus dilakukan job creator sebagai generasi muda yaitu harus berperan
aktif sebagai wirausaha muda yang memiliki daya pikir kreatif, inovatif dan
kritis sehingga akan mampu bersaing dengan generasi muda dari negara ASEAN
lain. Sebagai job creator muda atau wirausaha muda kita harus mengembangkan
kreativitas yamg kita miliki dengan menciptakan produk baru yang sulit ditiru
oleh para pesaing, sehingga produk yang kita jual dapat bersaing dengan produk
lain, lalu inovatif disini maksudnya adalah memperbarui apa yang telah ada
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin
canggih. Kemudian kritis maksudnya adalah sebagai wirausaha muda, kita harus
lebih bijak memilih produk yang kita gunakan yaitu dengan memakai produk buatan
bangsa sendiri, agar dapat mendorong kemajuan perekonomian bangsa sebab
perekenomian suatu bangsa akan maju berkat adanya kerja sama antara pemimpin
Negara dengan warga negaranya. Selain itu, para wirausaha muda juga harus
melakukan ekspansi usaha. Dengan ekspansi usaha maka akan dapat meminimalisir
suatu kerugian dan dapat memeprtahankan kelangsungan suatu usaha
Dengan demikian sebagai
generasi muda tidak seharusnya kita ragu dan takut dalam menghadapi MEA
(Masyarakat Ekonomi Asean). Karena Indonesia sudah terbukti bisa menghadapi
berbagai krisis ekonomi. Semua pihak termasuk Warga Negara Indonesia maupun
para pemimpin negara harus bekerjasama , bersinergi dan bersatu agar Indonesia
tidak menjadi pasar bagi negara-negara Asean. Apabila semua berusaha, pasti ada
kesempatan untuk menangkap peluang di tengah ancaman asalkan mempunyai
kemampuan, potensi, dan kreatifitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar